Kamis, 02 Juli 2009

Menjadi Pemenang Seperti King

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tejo (diperankan Mamiek Prakoso) begitu mengidolakan Liem Swie King. Ia bercita-cita menjadikan anaknya, Guntur (Rangga Raditya), juara dunia bulu tangkis seperti King. Namun, didikan keras dan disiplin terkadang membuat Guntur tertekan. Ayahnya ingin Guntur selalu memenangi pertandingan--tentu dengan cara sportif dan tidak menyusahkan orang lain.

Untungnya, obsesi sang ayah didukung oleh kemahiran Guntur bermain bulu tangkis. Ia menjuarai sejumlah pertandingan bulu tangkis di kampungnya. Bahkan, Guntur sering bertanding melawan pemain lain yang lebih dewasa. Semangat Liem Swie King bergelora dalam aliran darah Guntur setiap kali meluncurkan smash.

Namun, di balik kemenangan kecil itu, bukan berarti jalan hidupnya mulus-mulus saja. Suatu kali, ia sangat membutuhkan raket untuk bertanding. Raket yang dipinjam dari Mas Raino (Ario Wahab), senarnya jebol.

Raden (Lucky Martin), sebagai sahabat kental, terus memutar otak agar masalah itu bisa diatasi. Ia lalu mencuri senar gitar Bang Bujang (Asrul Dahlan). "Ngawur kon, senar raket tak sama dengan senar gitar," ujar Guntur. Jelas saja sang pemilik gitar kebingungan.

KING. Begitulah judul film yang disutradarai Ari Sihasale itu. Ini bukan film biografi Liem Swie King. "Film ini hanya terinspirasi oleh King," kata Ari.

Namun, King juga muncul dalam film ini, meski sangat sedikit, yakni ketika menyematkan jaket kelulusan audisi klub kepada Guntur. "Walau muncul sedikit, saya bangga," kata King.

Selain King, Ale--panggilan Ari Sihasale--memunculkan atlet lain sebagai cameo--yang memerankan diri sendiri--seperti Hariyanto Arbi, Hastomo Arbi, Ivanna Lie, Rosiana Tendean, dan Maria Kristin.

Sebagai sutradara baru, debut Ale lumayan. Kisah Guntur yang akhirnya merebut gelar juara pertama Asia di bawah usia 16 tahun berjalan dengan rapi, walaupun konflik yang dihadirkan standar, misalnya ribut soal raket, dan ceritanya mudah ditebak.

Urusan akting, performa pelawak Mamiek terlihat maksimal sebagai ayah yang serius. Demi peran ini, Mamiek bahkan rela mengecat hitam sebaris rambut pirangnya di atas telinga. Ketiga pemain cilik, Rangga, Lucky, dan Valerie, dalam film itu tentunya masih perlu diasah.

Ini film ketiga garapan Alenia Pictures. Sebelumnya, mereka memproduksi Denias, Senandung di Atas Awan (2006) dan Liburan Seru (2008).

Dalam penggarapan KING, Ale mengaku hal paling sulit adalah mencari sosok Guntur yang harus atlet bulu tangkis. "Pemeran Guntur didapat dari audisi di klub-klub junior di Jakarta," kata Ale. Sosoknya harus punya smash ciamik, wajahnya ndeso, kalem, dan pemalu.

Seperti Denias, Senandung di Atas Awan, film KING juga memanjakan visual penonton dengan pemandangan pegunungan di Banyuwangi yang masih perawan dan menyejukkan. Perkebunan kopi arabica di kawasan Kawah Ijen dengan perkampungan eksotis dan interaksi kehidupan yang akrab dieksplorasi dengan maksimal ke dalam layar.

Kini nama Liem Swie King memang tengah naik daun. Selain film ini, diterbitkan buku biografi pebulu tangkis itu yang berjudul Panggil Aku King, ditulis Robert Adhi Ksp. Film, dan juga buku, itu seperti mengajak setiap orang menjadi seperti King. Menjadi pemenang.

AGUSLIA HIDAYAH

Judul : KING
Genre : Drama
Sutradara : Ari Sihasale
Pemain : Raden Raditya, Lucky Martin, Mamiek Prakoso, Valerie Thomas, Surya Saputra, dan Asrul Dahlan
Produksi : Alenia Pictures

Tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar